NusaOne.com|Ketua PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono membeberkan, okupansi hotel di Kota Jogja mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya.
Deddy menyebutkan pada Juni-Juli lalu okupansi menyentuh angka 80-90 persen. Hal itu juga didukung dengan beragam gelaran MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition).
“Agustus ini, dibanding Juni-Juli, turunnya MICE cukup banyak. Saat ini rata-rata 40-50 persen,” sebutnya Rabu 24 Agustus 2022.
Deddy menyebut, transportasi udara adalah salah satu penyokong okupansi hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun naiknya harga tiket pesawat menimbulkan keengganan orang naik pesawat.
“Padahal DIY punya Yogyakarta International Airport (YIA) yang megah. Itu jadi salah satu daya tarik orang datang ke Jogja,” ujarnya
Deddy juga mengatakan, sebagian besar wisatawan luar Jawa memilih menggunakan pesawat. Lantaran didukung dengan efisiensi waktu perjalanan.
“Harga tiket sudah naik. Ini memberatkan. Kami bicara pangsa pasar luar Jawa. Mereka kebanyakan ke Jogja masuk menggunakan pesawat. Jadi ada yang menunda dan batal,” ucapnya.
Berdasar pengamatan Deddy, rata-rata maskapai menaikkan harga tiketnya dua kali lipat. Bahkan, dia menjumpai ada maskapai yang mematok kenaikan harga sampai tiga kali lipat.
“Kenaikan cukup tajam. Kami mengerti, tapi apakah pemerintah tidak bisa membantu pelaku pariwisata? Organda biasanya menjemput ke bandara sekarang berkurang,” sebutnya.
Namun, Deddy mengaku tidak mau tinggal diam. Pihaknya kini tengah menyusun strategi untuk mendongkrak kenaikan okupansi hotel menjadi 60-70 persen. Mereka membidik daerah dengan kunjungan tertinggi ke DIY.
“Kami lakukan promosi ke daerah wisatawan di dalam Jawa. Kami berupaya mendongkrak okupansi di jalur darat,” ungkapnya. (Abraar)