Balita Stunting Harus Ikut Imunisasi
NusaOne.com|Banda Aceh – Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh dr. Taqwallah, M. Kes, meminta semua kalangan di Aceh untuk menjadikan seribu hari pertama kehidupan (HPK) sebagai upaya penting yang harus di intervensi secara masif, untuk menurunkan prevalensi stunting di Aceh, demi menjaga kualitas sumber daya manusia (SDM).
Hal itu disampaikan Sekda dalam Video Comference Pemantapan Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) bagi Satgas Kabupaten/Kota dan 361 Puskesmas se Aceh, di Ruang Rapat Sekda Aceh, 24 Agustus 2022.
“Harus ada upaya masif dari kita selaku pimpinan saat ini. Stunting ini bukan masalah pendeknya (tubuh), tapi perkembangan otak atau inteligensi anak, karena merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan,” kata Sekda dalam arahannya.
Taqwallah mengatakan, prevalensi angka stunting di Aceh masih cukup tinggi yakni berkisar 33,2 persen, sehingga Aceh masuk sebagai salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi ke 3 di Indonesia di bawah Nusa Tenggara Timur (NTT) 37,8 persen dan Sulawesi Barat sebesar 33,8 persen.
Karena itu pula, Aceh masuk dalam 12 provinsi prioritas yang harus berkonsentrasi pada penurunan stunting di daerah masing-masing, dengan menindaklanjuti 7 arahan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) Pusat.
Ia menerangkan, upaya cepat yang dilakukan Pemerintah Aceh diwujudkan dalam Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) yang dicanangkan oleh Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki dan Sekda Aceh, dr Taqwallah.
Lebih lanjut, aksi GISA ini berpedoman pada 7 arahan Wapres RI, yang menyasar langsung remaja putri, ibu hamil dan balita, dipadu dengan pemberian 7 imunisasi anak.
Ada 10 intervensi yang dibagi dalam 3 sasaran dalam gerakan ini yaitu memberikan setiap minggu tablet tambah darah (TTD) dan screening anemia bagi remaja putri. Lalu untuk ibu hamil harus dilakukan pemeriksaan kehamilan rutin, pemberian TTD dan makanan tambahan mencegah kekurangan energi kronis (KEK).
Kemudian, untuk balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang, pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta, tatalaksana atau pemeriksaan balita dengan masalah gizi merujuk puskesmas dan RS, dan peningkatan cakupan dan peluasan jenis imunisasi seperti pelayanan rutin dan kampanye imunisasi dasar dan 3 imunisasi tambahan.
Sementara itu, salah satu narasumber Dr. dr. Raihan, Sp.A(K), mengatakan cakupan imunisasi menjadi salah satu faktor pendukung penurunan angka stunting. Sebab, anak yang mengalami stunting akan rawan terjangkit penyakit. Karenanya imunisasi bagi anak yang stunting menjadi keharusan.
“Sejak lahir harus diberikan imunisasi sesuai tahapannya. Kalau anak sakit dia tidak akan punya kesempatan untuk tumbuh,” pungkasnya.
Tampak hadir dalam pertemuan itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Kepala Dinas Kesehatan Aceh dan diikuti oleh Anggota Satgas Gisa Aceh.[]